Negara Republik Indonesia Kalah Dengan Preman
Independent NewsGara2 Mengkritik La Nyalla Mattalitti & PSSI Saat Diskusi di Acara TV, Suporter Dikeroyok Puluhan Preman
Menanggapi terjadinya pengeroyokan pada koordinator supporter sepakbola Indonesia, FPS - Forum Penggemar Sepakbola menyatakan, apakah itu akibatnya kalau berani mengkritik La Nyalla Mattalitti & PSSI?
"Dan kami pesimis bahwa aparat hukum akan bisa menangkap para pelaku atau yang menyuruh melakukan pengeroyokan itu. Meski pengeroyokan itu menunjukkan bahwa negara kalah dengan preman, bahkan preman tak segan-segan mengeroyok pejabat negara, mungkin karena merasa kebal hukum", ujar Setyo koordinator FPS.
Sebagaimana diberitakan media, salah satu pendiri Forum Diskusi Suporter Indonesia, Partoba Pangaribuan, dikeroyok orang tak dikenal setelah menjadi narasumber dalam acara Indonesia Lawyer Club yang ditayangkan stasiun televisi TVOne di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat.
Pemukulan itu terjadi di depan juru bicara Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatot S. Dewa Broto, yang juga menjadi narasumber dalam acara ILC TVOne. Ia pun kecewa atas pengeroyokan tersebut. "Harusnya ada perlindungan untuk nara sumber dari manapun.
Gatot mengatakan suasana sempat panas di tengah diskusi pada ILC TVOne. Saat diskusi selesai, para peserta keluar dan datanglah sekitar 30 orang merangsek hendak mengeroyok.
Istri Gatot yang berada di sana mencoba melindungi Partoba. "Jika tak ada istri saya, dia bisa luka," ucap Gatot. Namun perlindungan itu menyebabkan istrinya ikut kena pukul.
Setelah lepas dari amukan massa, Gatot membawa Partoba naik mobilnya. "Saya antar sampai suatu tempat. Dia stres dan syok," katanya.
Gatot menyayangkan kejadian itu. Seharusnya, dia menuturkan, ada antisipasi agar pengeroyokan tersebut tidak terjadi.
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengecam terjadinya upaya pemukulan dan pengeroyokan terhadap pendiri Forum Diskusi Suporter Indonesia, Parbota Pangaribuan, seusai acara diskusi Indonesia Lawyer Club bertema 'PSSI, Antara Hidup dan Mati' di Hotel Borobudur,
"Keributan, apalagi diduga kuat ada upaya pengeroyokan usai acara diskusi ILC, merupakan cara-cara premanisme yang memalukan," ujar Menpora kepada media.
Menteri Imam meminta polisi bertindak cepat menyelidiki peristiwa tersebut. "Saya mendukung penuh jika peristiwa ini dilaporkan ke polisi dan meminta kepolisian segera menyelidikinya. Apalagi ada istri pejabat Kemenpora yang mewakili pemerintah di acara tersebut yang ikut menjadi korban, ini tentu saja tidak bisa ditolerir," ujarnya.
Upaya pengeroyokan itu diduga dilakukan oleh oknum tertentu. Namun, tidak menutup kemungkinan ada juga dalang di balik peristiwa itu yang sengaja ingin menebar ancaman terhadap pihak-pihak yang selama ini mengkritisi sepak bola dan PSSI. "Polisi harus bertindak, negara tidak boleh dikalahkan oleh preman," ujar Menpora, mengakhiri.
"Dan kami pesimis bahwa aparat hukum akan bisa menangkap para pelaku atau yang menyuruh melakukan pengeroyokan itu. Meski pengeroyokan itu menunjukkan bahwa negara kalah dengan preman, bahkan preman tak segan-segan mengeroyok pejabat negara, mungkin karena merasa kebal hukum", ujar Setyo koordinator FPS.
Sebagaimana diberitakan media, salah satu pendiri Forum Diskusi Suporter Indonesia, Partoba Pangaribuan, dikeroyok orang tak dikenal setelah menjadi narasumber dalam acara Indonesia Lawyer Club yang ditayangkan stasiun televisi TVOne di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat.
Pemukulan itu terjadi di depan juru bicara Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatot S. Dewa Broto, yang juga menjadi narasumber dalam acara ILC TVOne. Ia pun kecewa atas pengeroyokan tersebut. "Harusnya ada perlindungan untuk nara sumber dari manapun.
Gatot mengatakan suasana sempat panas di tengah diskusi pada ILC TVOne. Saat diskusi selesai, para peserta keluar dan datanglah sekitar 30 orang merangsek hendak mengeroyok.
Istri Gatot yang berada di sana mencoba melindungi Partoba. "Jika tak ada istri saya, dia bisa luka," ucap Gatot. Namun perlindungan itu menyebabkan istrinya ikut kena pukul.
Setelah lepas dari amukan massa, Gatot membawa Partoba naik mobilnya. "Saya antar sampai suatu tempat. Dia stres dan syok," katanya.
Gatot menyayangkan kejadian itu. Seharusnya, dia menuturkan, ada antisipasi agar pengeroyokan tersebut tidak terjadi.
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengecam terjadinya upaya pemukulan dan pengeroyokan terhadap pendiri Forum Diskusi Suporter Indonesia, Parbota Pangaribuan, seusai acara diskusi Indonesia Lawyer Club bertema 'PSSI, Antara Hidup dan Mati' di Hotel Borobudur,
"Keributan, apalagi diduga kuat ada upaya pengeroyokan usai acara diskusi ILC, merupakan cara-cara premanisme yang memalukan," ujar Menpora kepada media.
Menteri Imam meminta polisi bertindak cepat menyelidiki peristiwa tersebut. "Saya mendukung penuh jika peristiwa ini dilaporkan ke polisi dan meminta kepolisian segera menyelidikinya. Apalagi ada istri pejabat Kemenpora yang mewakili pemerintah di acara tersebut yang ikut menjadi korban, ini tentu saja tidak bisa ditolerir," ujarnya.
Upaya pengeroyokan itu diduga dilakukan oleh oknum tertentu. Namun, tidak menutup kemungkinan ada juga dalang di balik peristiwa itu yang sengaja ingin menebar ancaman terhadap pihak-pihak yang selama ini mengkritisi sepak bola dan PSSI. "Polisi harus bertindak, negara tidak boleh dikalahkan oleh preman," ujar Menpora, mengakhiri.
-------------------------------
GalaMedia News
Aneh Hukum Tak Berdaya Jika Berhadapan Dengan La Nyalla Mattalitti
Polda Sulsel didesak agar segera melimpahkan BAP kasus yang melibatkan La Nyalla M Mattalitti ke kejaksaan, agar kasusnya bisa segera diadili. Di Polda Sulsel, La Nyala terkena dua kasus, pencemaran nama baik terhadap Kadir Halid dan penganiayaan terhadap Ryan Latif.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Nata S Pane menegaskan, dari penelusuran IPW ke Polda Sulsel, proses BAP kasus pencemaran nama baik yang dilakukan La Nyalla pada Maret 2014 sudah tuntas dan Wakil Ketua Umum PSSI itu sudah dijadikan tersangka sejak Nopember 2014 lalu.
"Tapi hingga kini BAPnya belum juga dilimpahkan Polda Sulsel ke kejaksaan. Kami mendesak Polda Sulsel, agar melimpahkan BAP itu agar ada kepastian hukum dalam kasus ini," tandas Nata.
Sedangkan dalam kasus penganiayaan yang dilakukan La Nyalla terhadap Ryan Latif, ia mengatakan, Polda Sulsel sudah memeriksa 20 saksi, termasuk saksi kunci Rusli RN. Kasus penganiayaan No LPB\142\III\2014\SPKT tgl 14 Maret 2014 dgn pelapor Ryan Latif itu hingga saat ini tidak kunjung tuntas.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Nata S Pane menegaskan, dari penelusuran IPW ke Polda Sulsel, proses BAP kasus pencemaran nama baik yang dilakukan La Nyalla pada Maret 2014 sudah tuntas dan Wakil Ketua Umum PSSI itu sudah dijadikan tersangka sejak Nopember 2014 lalu.
"Tapi hingga kini BAPnya belum juga dilimpahkan Polda Sulsel ke kejaksaan. Kami mendesak Polda Sulsel, agar melimpahkan BAP itu agar ada kepastian hukum dalam kasus ini," tandas Nata.
Sedangkan dalam kasus penganiayaan yang dilakukan La Nyalla terhadap Ryan Latif, ia mengatakan, Polda Sulsel sudah memeriksa 20 saksi, termasuk saksi kunci Rusli RN. Kasus penganiayaan No LPB\142\III\2014\SPKT tgl 14 Maret 2014 dgn pelapor Ryan Latif itu hingga saat ini tidak kunjung tuntas.
Meski kasus ini sudah berlangsung setahun, tersangkanya belum juga ditetapkan dan belum ditahan. Polda Sulsel tampaknya masih mengumpulkan bukti-bukti lain.
"Pihak Polda Sulsel yang ditemui IPW beberapa waktu lalu berjanji, jika bukti-bukti sudah lengkap BAP kasus penganiayaan ini akan dilimpahkan ke kejaksaan. Pihak Polda Sulsel kepada IPW menegaskan, mereka tidak takut kepada siapa pun yang melakukan pelanggaran hukum, wong Ketua KPK Abraham Samad saja mereka periksa dan dijadikan tersangka," kata Nata mengutip pernyataan polisi.
IPW berharap, dua kasus yang melibatkan La Nyalla di Polda Sulsel, yakni pencemaran nama baik dan penganiayaan ini segera dituntaskan. Sebab dalam kasus penghinaan di Facebook saja, POLRI langsung menangkap tersangkanya, yakni Saut Situmorang.
Hal ini, membuat Nata bertanya, lalu kenapa dua kasus yang melibatkan La Nyalla di Polda Sulsel berjalan lamban. Polda Sulsel diharapkan, bersikap profesional sehingga bisa menunjukkan kepada masyarakat semua orang di depan hukum sama.
"Tidak ada orang kuat yang kebal hukum dan jika seseorang melakukan pelanggaran hukum harus diproses ke pengadilan, termasuk La Nyalla M Mattalitti," tandas Nata seperti dalam siaran persnya.
__._,_.___
Posted by: Bachrul Ulum <bachrululum358@yahoo.com>
Reply via web post | • | Reply to sender | • | Reply to group | • | Start a New Topic | • | Messages in this topic (1) |
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar